PENDAHULUAN
Aktivitas keagamaan yang terjadi dewasa ini semakin semarak dan
bergairah dari kalangan usia muda yang datang ke Pura untuk melakukan
Puja. Kalau kita lihat dewasa ini, upacara ritual keagamaan sangat
megah. Upacara megah tersebut belumlah bisa dipakai ukuran bahwa kita
telah melaksanakan ajaran agama dengan baik. Kita perlu menyelaraskan
perimbangan pelaksanaan tiga kerangka agama Hindu agar umat menjadi
semakin kuat dan penuh sraddhanya. Karena kalau hanya menekankan pada
ritual tanpa disertai pemahaman tattwa dan susila semuanya terasa bak
takhyul saja, maka inilah tantangan Hindu ke depan.
Upacara Agnihotra adalah upacara berdasarkan Veda, upacara ini perlu
mendapat perhatian untuk dijadikan sebagai pendamping atau sebagai
alternatif di dalam menyempurnakan persembahan atau pelaksanaan upacara
yajna. Kalau dilihat sejarah di Bali, Agnihotra yang sering disebut Homa
Yajna telah datang dan dilaksanakan di Bali bersamaan dengan masuknya
agama Hindu di Bali.
Oleh karena itu, ketika upacara Agnihotra mulai berkebang dan hidup
lagi, maka tidaklah patut dicurigai, bahwa ia hadir sebagai aliran atau
upacara yang asal atau sumbernya tidak jelas. Perkembangan suatu ritual
agama yang berdasarkan kitab suci membantu memperkuat agama itu sendiri
dan memperbesar keyakinan dan ketaatan pelaksanaan ajaran agamanya. jadi
pengembangan Agnihotra kedepan sepenuhnya terserah pada umat untuk
memilihnya. Kebebasan ini tercermin dalam Bhagavadgita dengan
menyebutkan “jalan apapun yang kau tempuh akan aku karunai”
Seperti dalam petikan kisah Ramayana, di mana pada tampilan awalnya
selalu muncul upacara Agnihotra yang dilakukan oleh para “pertapa”,
guru-guru suci, rsi-rsi di pertapaannya. Jadi jelas bahwa upacara
tersebut memanglah sebuah upacara tua menurut Veda yang sampai saat
masih banyak dilakukan di India. Upacara ini berlaku secara universal,
karena dilakukan di upacara-upacara keagamaan secara umum.
PENGERTIAN AGNIHOTRA
Agnihotra berasal dari kata Sansekerta dimana terdiri dari dua kata
yaitu Agni dan Hotra. Agni adalah api dan Hotra adalah persembahyangan
atau melakukan persembahan. Jadi agnihotra adalah sebuah ritual atau
bentuk upacara persembahan. Secara umum semua yajna dalam Veda
mempunyai arti sama yaitu Agnihotra. Sebab pengertian yajna dalam Veda
adalah persembahan yang dituangkan ke dalam api suci. Api suci yang
dimaksud adalah api yang dihidupkan dan dikobarkan dalam kunda. Kunda
adalah lambang pengorbanan. Mengapa persembahan dimasukkan dalam api,
hal ini disebutkan dalam Purana, bahwa Dewa Agni (disimbulkan dengan
api) adalah lidahnya Tuhan. Sehingga maknanya adalah jika persembahan
disampaikan melalui lidah Tuhan, maka persembahan tidak akan nyasar
ketempat lain.
Ini disebutkan dalam petikan mantra Reg Veda I.1.1
Agnimile Purohitam, yajnasya devam rtvijam
Hotaram ratnadhatanam
Arti :
“oh deva Agni, Engkau sebagai Pendeta Utama, dewa pelaksana
upacara yajna, kami memuja-Mu, Engkau pemberi Anugrah berupa kekayaan
yang utama”
Maknanya adalah bahwa dewa Agni berfungsi dan bertugas sebagai
Purohita (Pendeta Utama), maka dapat disimpulkan bahwa tanpa dewa Agni
berarti semua upacara persembahan akan sia-sia belaka. Kalau dikaitkan
dengan yajna di jaman sekarang tidak akan lepas dari api itu sendiri.
YANG MELAKUKAN PERSEMBAHAN
Disebutkan dalam Kitab Satapathabrahamana : “Mereka (Tuhan)
mengatakan siapa yang melakukan pemujaan kepada Beliau, para Brahmana
yang mempersembahkan kepada Beliau. Lalu apa yang diberikan, yang
diberikan adalah persembahan Agnihotra dan yang ditinggalkan dalam
sendok besar adalah sisa (ucchista) dari Agnihotra. Yang tersisa dalam
mangkok adalah beras yang dituangkan dari wadahnya.
JENIS – JENIS AGNI
Ada beberapa Jenis Agni, yaitu :
1. Ahavaniya Agni ; yaitu api suci untuk memasak makanan
2. Grhapatya Agni ; yaitu api upacara perkawinan untuk menjaga kesucian perkawinan
3. Cita Agni; yaitu api suci untuk membakar mayat
FUNGSI AGNIHOTRA
Pada hakekatnya Agnihotra adalah upacara multifungsi. Secara garis besar kehidupan manusia dibagi menjadi dua yaitu :
a. kewajiban; yaitu berupa perintah Tuhan yang harus dilaksanakan oleh umatnya
b. tindakan yang dilakukan berdasarkan untuk pemenuhan kebutuhan/keinginan
Demikian pula upacara Agnihotra dilakukan untuk :
1. Nitya Karma (sebagai kewajiban)
Nitya karma adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan seseorang
sebagai penganut Hindu. Dari kewajiban ini dapat diketahui bahwa semua
tugas mulia tersebut berguna untuk membersihkan diri dan selalu
melakukan pencerahan hidup. Ada enam hal penting yang menjadi tugas
pokok yang harus dilakukan sebagai pelaksanaan Nitya Karma, yaitu :
a. Dewa Puja
b. Melaksanakan Homa dan Belajar sastra Agama
c. Melayani Orang Tua
d. Memberi pelayanan kepada binatang, orang miskin dan orang tak punya
e. Melayani Guru, Athiti
f. Meditasi
2. Naimitika Karma/Kamya Karma (sebagai bentuk keinginan pada kebaikan)
Naimitika Krma atau sering disebut Kamya Karma adalah suatu kegiatan yang dilakukan berdasarkan keinginan.
3. Mencapai Pembebasan
Disebutkan dalam Aitraiyabrahmana, 5,31,2 bahwa jika dia melakukan
persembahan sebelum matahari terbit, ini seperti memberikan pada
seseorang seekor gajah, ketika tangannya tidak menjulur keluar. Tetapi
jika mempersembahkan setelah matahari terbit, ini seperti memberikan
sesuatu pada seseorang seekor gajah setelah ia menjulurkan tangannya.
Oleh karean itu, harus dilakukan pada saat matahari terbit yang akan
membawanya pada Surga.
4. Penebusan Dosa
Disebutkan dalam Satapathabrahamana 2.3.1.6 bahwa seperti seekor ular
bisa bebas dari kulitnya, demikian pula ia membebaskan dirinya dari
kejahatan malam hari, demikian pula halnya yang mengetahui dengan
melakukan persembahan Agnihotra ia akan bebas dari kejahatan. Penjelasan
tentang pembebasan dari kejahatan dan dosa dapat dilakukan dengan
melaksanakan agnihotra pada saat matahari terbenam. Ini disebutkan dalam
kitab-kitab suci Jaiminiyabrahmana I.8;I.9-10 dan masih banyak kitab
lainnya.
5. Homa Therapy
Homa Therapy berarti penyembuhan. Ini ditimbulkan karena efek
pelaksanaan Homa di udara. Methodenya adalah harmonisasi putaran energi
yang sederhana dari planet. Seorang ahli menjelaskan bahwa reaksi kimia
yang terjadi ketika pyramid api Agnihotra membakar semuanya. Yang
terpenting adalah radiasinya, kita tahu aspek kimia dari api dimana
bagian akhirnya didapatkan H2O, CO2 dan CO. Kemudian ada sinar dan sinar
infra merah. Ini adalah pemandangan klasik. Jika dilihat struktur yang
lebih halus dari api, maka didapatkan lompatan-lompatan electron dari
satu atom pada atom lainnya (seperti sinar dari lampu) dan ini merupakan
emisi pada level yang sangat halus dengan serangan tiba-tiba yang kuat
seperti teori quantum modern.
WAKTU YANG TEPAT MELAKSANAKAN AGNIHOTRA
Waktu pelaksanaan agnihotra yang baik sangat tergantung pada jenis upacara agnihotra yang dilaksanakan, yaitu :
1. Waktu untuk Nitya Karma
Pelaksanaannya ditentukan oleh keberadaan matahari yaitu matahari
terbit atau terbenam. Seperti disebutkan dalam beberapa kitab suci,
yaitu :
a. Kitab Katakasamhita;6,5;54-4 disebutkan “ dia hendaknya
melaksanakan agnihotra di sore hari ketika saat matahari terbenam, pagi
hari ketika matahari belum terbit”
b. Maitrayanisamhita I.8,7 ; 129-9 disebutkan “agnihotra
hendaknya dilaksanakan pada saat malam tiba dan pagi hari setelah
matahari terlihat bersinar terang”
2. Waktu untuk Naimitika Karma
Waktu pelaksanaan agnihotra dalam rangka Naimitika Karma sedikit
berbeda dengan waktu sandhya agnihotra atau Nitya Karma. Pada Kamya atau
Naimitika Karma, agnihotra dilaksanakan sesuai dengan waktu yang
dipilih oleh Yajamana dan Purohita.
CARA KERJA AGNIHOTRA
Prinsip keseimbangan sangat dominant dalam kerja Agnihotra. Seperti
proses terjadinya hujan, dimana Air laut menguap karena panas matahari,
membentuk awan tebal, terbawa angin kearah pegunungan, karena dingina
membentuk titik-titik air, jatuh menjadi hujan, memberikan kesuburan
kepada hutan. Air hujan meresap dan disimpan oleh lapisan hutan,
mengalir mengikuti aliran sungai dan berakhir di samudra. Siklus ini
terulang terus, tiada henti. Dengan adanya hujan ini maka kelangsungan
hidup semua mahluk hidup menjadi terjaga. Demikian juga kerja agnihotra
dengan menyalakan api suci, dimana persembahan utama ghee, biji-bijian,
dan bunga-bungaan, semua keharuman ini terbawa oleh asap yang bergabung
bersama awan, kemudian menjatuhkan hujan. Hujan mendatangkan kesuburan,
kesuburan ini dinikmati umat manusia dalam menjalani hidupnya di dunia.
Pernyataan ini termuat disebutkan dalam Atharvaveda VIII.107.1
ava divas tarayanti, sapta suryasya rasmayah
apah samudriya dharah
Arti :
”tujuh sinar matahari, mengangkat uap air dari samudra naik ke langit dan semuanya itu menyebabkan turunnya hujan”
YAJAMANA
Kitab Baaudhayanasratasutra;3.5.13 menyebutkan ”aham yajamano ma risam”
artinya ”persembahan yajamana akan dilaksanakan oleh pendeta”. Awalnya,
Agnihotra yang sederhana dilaksanakan oleh yajamana pada api sucinya
sendiri, bisa dibandingkan dengan yang dilaksanakan di rumah-rumah
dimana penjabarannya berdasarkan Srauta Agnihotra, tetapi untuk kelanjutan bentuk yang lebih lama dari ritual api suci.
YAJNA SEBAGAI PUSAT ALAM SEMESTA
Yajna dikatakan sebagai suatu sarana untuk mengembangkan sesuatu dari
ketidakberaturan menjadi teratur. Teratur ini dimaksudkan ada suatu
patokan atau titik tolak yang dapat digunakan dalam pelaksanaannya. Oleh
karena Yajna merupakan sumber aturan dan efisiensi, maka hal ini
diagungkan sebagai ”Pusar Alam semesta” seperti disebutkan dalam Regveda I.164.35
Iyam vedih paro antah prthivya ayam yajno bhuvanasya nabhih, ayam somo Vrishno asvasya reto brahmayam vacah paramam
Arti :
”Altar (kunda pemujaan) adalah tempat tertinggi di bumi, tempat
yajna (kunda) adalah putsat alam semesta. Persembahan berupa daun-daun
atau rerumputan akan menyuburkan bumi dengan jatuhnya hujan secara
teratur, Oh Tuhan, Engkau adalah Mahakuasa dan tersuci diantara
semuanya”
Makna sloka ini, dimana ada satu kalimat ”yajno bhuvanasya nabhih”
artinya ”dimana ada pusat, disana ada bundaran (mandala) yang
mengelilinginya. Pusat budnaran membentuk bagian integral dari lingkaran
yang sama, dan masing-masing menjadi yang lain. ”bhuvanasya nabhih” =
”pusat alam semesta” adalah diskripsi dan sekaligus definisi yajna dalam
segala bentuk manifestasi. Sedangkan satya merupakan prinsip utama yang
memungkinkan beroperasinya kekuatan-kekuatan menghadapi ketidakbenaran
atau kekacauan. Yajna adalah pernyataan tentang deva atau prinsip
sattvik menghadapi asura-asura atau kekuatan-kekuatan yang negatif.
DUDUK MELINGKAR, MENGELILINGI KUNDA
Dari penjelasn di atas, maka bentuk pelaksanaan agnihotra, pemimpin
upacara, yajamana, serta peserta lainnya duduk mengelilingi kunda,
sebagai pusat alam semesta. Kunda pemujaan adalah tempat tertinggi dan
pusat alam semesta. Sedangkan pendeta, yajamana dan peserta lainnya
duduk sejajar di tanah, menyimbolkan persamaan kedudukan di mata Tuhan.
Sebab, bekal manusia setelah meninggal hanyalah karma sewaktu hidupnya
atau karma yang tersisa dari kehidupan masa lalu.
Dijelaskan dalam Regveda I.1.4, mengapa peserta agnihotra duduk melingkar mengelilingi kunda atau Vedi
Agneyam yajnam advaram, visvatah pariburasi sa
Id devesu gacchati
Arti
Dengan persembahan tanpa himsa, persembahan dilakukan dari segala arah, semoga sampai kepada para deva-deva
Makna persembahan dilakukan dari segala arah, menunjukkan bahwa kunda
menjadi pusat persembahan, karena pusat alam semesta ada pada api suci.
Hal ini tentu saja berbeda dengan pola pemujaan yang mengambil Purana
sebagai sumber. Karena adanya lingga atau di Bali lingga diletakkan di
pelinggih, sehingga pemujaan dilakukan menghadap pelinggih. Perbedaan
ini muncul ketika pemujaan berpusat pada api suci pada Agnihotra.
Dalam perkembangannya maka sang yajamana dengan tulus mempersembahkan
persembahan kepada deva-deva dan selalu mencari persahabatan kepada
deva-deva, ini akan meningkatkan kemuliaan hati dan pribadi sang
yajamana, maka dengan mantra permohonan atau doa berikut sang yajamana
menyatakan ketulusikhlasan dalam beryajna. Seperti disebutkan dalam Regveda I.89.2 tentang hubungan atau korelasi yang dilakukan yajamana dengan para deva;
Devanam bhadra sumatir rijuyatam devanam ratir abhi no ni
vartatam, devanam sakhyam upa sedima vayam deva na ayuh pra tirantu
jivase
Arti :
Semoga Tuhan yang Mahabijaksana selalu melindungi kami. Kami
dengan tulus ikhlas telah membina hubungan yang intim dengan pada deva
dan mudah-mudahan para deva memperpanjang hidup kami sehingga dapat
hidup selamanya
Disini jelas sekali harapan tersebut ditumpukkan pada para deva,
terutama dalam timbulnya keingina untuk hidup lama, kekayaan, kemakmuran
dan bentuk keunggulan lain yang kiranya dapat diraih. Tentu semua ini
bermanfaat jika semua anugerah tersebut dapat digunakan untuk tujuan
kebaikan dan akan menjadi bumerang jika digunakan untuk ketidakbaikan.
Seperti biasa, setealah upacara Agnihotra berakhir disertai pula
dengan ”Nagarasankirtana”, kalau dibali disebut ”Purwa Daksina”. Dimana
berjalan mengelilingi pusat yajna dari arah Timur ke Selatan dengan
mengucapkan Bumi Sukta atau Prthivi Sukta, Purusa Sukta dan Nasadiya
Sukta. Sukta ini sering ini juga diganti dengan Maha Mantra atau bhajan
atau kirtan atau dengan ista dewata tertentu untuk ikut serta hadir dan
menganugerahkan rahmatnya kepada sang yajamana.
KESIMPULAN
Dari ulasan singkat diatas ternyata banyak manfaat langsung dan tidak
langsung Agnihotra tersebut. Dapat dijelaskan beberapa efek yang
berkaitan langsung dengan diri pribadi, terutama kalau kita berpegang
dengan pelaksanaan agnihotra tersebut. Tradisi kuno pengetahuan Veda
menjelaskan manfaat yang didapatkan dari Agnihotra (Paranjpe, Homa
Therapy, the last chance, 1989) Antara lain :
- Agnihotra membuat pelaksana yajna (yajamana) inteligensianya meningkat. Sel-sel otaknya berganti dengan yang baru. Terjadi penyegaran kulitnya, terjadi pembersihan pada darahnya. Bergairah dalam hidupnya.;
- Agnihotra dapat menetralkan serangan bakteri;
- Banyak energi positif dan energi kesehatan yang keluar dari pelaksanaan Agnihotra ini;
- Power kehidupan lahir dari api Agnihotra ini, hanya pada waktu itu dalam lingkaran tersebut ada banyak sekali kekuatan datang dari Agnihotra ini yang dapat merubah struktur dan formasi dari semua atom, sehingga semua substansi, bahan-bahan menjadi universal.
- Agnihotra seperti sebuah magic. Ia merupakan daya tarik yajamana, sehingga mencengkramnya dan kemudian dia kelihatan bersinar (tejas)
DAFTAR PUSTAKA
Ir. W. Nilon Batan, Jro. Mangku. Made Mudita, Dewa : “lebih Jauh tentang AGNIHOTRA”, pesraman liang galang.
Tags:
Dharma Wacana